Oleh:
Nandy
Haryadi
Abstrak
Hutan rakyat mulai dikembangkan oleh
pemerintah pada tahun 1997. Pembangunan
hutan rakyat dipicu oleh adanya produktivitas hutan tanaman dan hutan alam yang
semakin menurun sehingga berdampak pada menurunnya pasokan hasil hutan berupa
kayu dan non kayu. Untuk memperlancar
program tersebut, melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan No.
49/Kpts-II/1997, Pemerintah menyediakan kredit bunga lunak kepada masyarakat
yang lebih dikenal dengan istilah Kredit Usaha Hutan Rakyat (KUHR). Hutan rakyat memiliki beragam model, yakni
model hutan rakyat yang berbasis pada komoditas kayu (monokultur); hutan rakyat
yang berkomoditas campuran (kayu dan non kayu); dan hutan rakyat yang
berkomoditas jasa rekreasi. Model
campuran merupakan model yang paling banyak dijumpai di lapangan. Penggunaan model campuran memiliki banyak
keuntungan. Selain keuntungan ekonomi
dan sosial, model ini memiliki keuntungan bagi lingkungan dan konservasi,
seperti mampu menyediakan habitat baru bagi satwaliar, menjaga kesuburan tanah,
mengurangi polutan dan laju pemanasan global, dan mampu menahan erosi.
Kata Kunci: Hutan Rakyat, Campuran,
Konservasi, dan Lingkungan.
I. Pendahuluan
Masyarakat awam sering menyamakan istilah
hutan rakyat dengan hutan kemasyarakatan. Padahal, kedua istilah ini memiliki
definisi yang berbeda, terutama kepemilikannya. Hutan Rakyat adalah hutan yang
dimiliki oleh rakyat dengan luas minimal 0,25 ha, penutupan tajuk tanaman
kayu-kayuan dan/atau jenis tanaman lainnya
lebih dari 50% dan/atau pada tanaman tahun pertama minimal memiliki 500 tanaman
per hektar (Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 49/Kpts-II/1997). Hutan
Kemasyarakatan adalah hutan negara yang sistem pengelolaannya bertujuan
memberdayakan masyarakat setempat tanpa mengganggu fungsi pokoknya (Keputusan
Menteri Kehutanan Nomor
31/Kpts-II/2001). Ringkasnya, hutan rakyat adalah hutan yang berada pada tanah
milik; sedangkan hutan kemasyarakatan adalah hutan yang berada pada tanah
negara. Terlepas dari kedua definisi
tersebut, makalah ini hanya akan menyajikan uraian hutan rakyat.
Pada mulanya, pemerintah kurang memperhatikan keberadaan
hutan rakyat. Guna memenuhi kebutuhan kayu dan non kayu (sebagai penghasil
devisa negara), pemerintah lebih berkonsentrasi pada pemanfaatan Hutan Tanaman
Industri (HTI) dan Hutan Alam (dalam bentuk hak pengusahaan hutan/HPH). Barangkali pada saat itu, pemerintah
menganggap bahwa pembangunan HTI dan HPH lebih menguntungkan dibanding
pengembangan hutan rakyat. Anggapan ini
memang ada benarnya. Melalui pembangunan
HTI dan HPH, Indonesia telah menjadi pemasok kayu terbesar di dunia. Tidaklah heran bila ketika itu, kehutanan
telah menjadi salah satu penghasil devisa negara terbesar pada sektor non
migas.
Namun, pada perkembangan selanjutnya, pembangunan HTI dan
HPH mengalami keterpurukan. Pembangunan
HTI dan HPH telah menyisakan masalah lingkungan hidup. Banjir, longsor, dan kekeringan pun tidak
dapat dihindari. Selain itu, pemanfaatan
yang kurang bijaksana juga telah menurunkan keanekaragaman jenis dan
memusnahkan spesies tertentu. Dari sisi
ekonomi, rusaknya kawasan hutan juga telah menurunkan produktivitas ekosistem
hutan. Alhasil, pasokan kayu dan non
kayu yang merupakan andalan penghasil devisa negara menjadi berkurang.
Untuk mengatasinya, pemerintah telah melakukan berbagai
upaya. Salah
satunya merehabilitasi kawasan hutan.
Namun, merehabilitasi saja tidaklah cukup. Apalagi pohon memiliki masa panen yang lama
sehingga harus menunggu dalam waktu yang cukup lama. Selanjutnya, pemerintah melirik kawasan hutan
yang dimiliki rakyat. Oleh karena itu,
pada tahun 1997, pemerintah mulai mengembangkan hutan rakyat.
Untuk memperlancar program tersebut, pemerintah memberikan
banyak bantuan kepada masyarakat.
Melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 49/Kpts-II/1997,
Pemerintah menyediakan kredit bunga lunak yang lebih dikenal dengan istilah
Kredit Usaha Hutan Rakyat (KUHR).
Besarnya kredit usaha pada waktu itu adalah Rp. 2.000.000,- per hektare,
tingkat bunga sebesar 6% per tahun.
Sejak tahun 1996/1997, dana kredit usaha hutan rakyat
telah disalurkan sebesar Rp. 20.231.394.000,- dengan luas areal sekitar 10.565
Ha dan melibatkan 9.781 orang petani.
Selanjutnya, pemerintah juga memberikan subsidi bibit bagi pengembangan
areal dampak hutan rakyat dan diperkirakan masyarakat telah mampu membangun
hutan rakyat sekitar 1.328.358 ha yang tersebar di 22 propinsi.
Hutan rakyat memiliki beragam model. Berdasarkan
komoditasnya, hutan rakyat dapat dibagi
menjadi tiga kelompok. Pertama, hutan rakyat yang berbasis pada
komoditas kayu (monokultur). Kedua, hutan rakyat yang berkomoditas
campran (kayu dan non kayu). Ketiga, hutan rakyat yang berkomoditas jasa rekreasi
(Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial, 2000).
Dari ketiga model tersebut, yang paling banyak dijumpai
di lapangan adalah model campuran/heterogen. Model heterogen memadukan berbagai
jenis tanaman kayu keras, tanaman buah-buahan, dan tanaman semusim. Model ini bisa juga disebut model
agroforestry. Dimaklumi, pemilihan model
agroforestry dalam pembangunan hutan rakyat memiliki banyak keuntungan. Selain keuntungan ekonomi dan sosial, model
ini memiliki keuntungan bagi lingkungan dan konservasi.
II. Manfaat Hutan Rakyat
A.
Menyimpan Keanekaragaman Jenis
Sesuai dengan namanya, model agroforestry tidak hanya
menanam satu jenis tanaman saja. Atau, tidak hanya menanam pepohonan saja.
Model agroforestry telah memadukan tanaman kayu keras, buah-buahan, dengan
tanaman semusim. Jenis-jenis tanaman
kayu keras yang sering menjadi komoditas hutan rakyat ialah sengon (Paraserianthes falcataria), mahoni (Switenia macrophylla), dan jati (Tectona grandis). Jenis tanaman buah-buahan diantaranya mangga
(Mangifera indica), pakel (Mangifera feotida), nangka (Artocarpus heterophylus), rambutan (Nephelium mutabile), durian (Durio zibethinus), melinjo (Gnetum gnemon), petai (Parkia speciosa), dan pisang (Musa sp.). Tanaman semusim ialah padi huma,
kacang-kacangan, jagung, umbi, cabe, dan lain-lainnya.
Dengan komposisi seperti ini, hutan
rakyat bukanlah sebuah pemandangan yang monoton dan statis. Sebaliknya, hutan
rakyat telah menyajikan pemandangan yang dinamis dan kompleks. Model agroforestry telah menciptakan hamparan
hutan yang terdiri dari berbagai jenis kayu keras dan tanaman pangan serta
buah-buahan. Lebih dari itu, model
agroforestry juga telah menciptakan strata tajuk yang bervariasi sesuai dengan
karakteristik tanamannya. Dengan demikian, hutan rakyat dengan model ini dapat
menyimpan keanekaragaman hayati yang lebih tinggi dibanding model hutan rakyat
homogen.
B. Habitat Satwaliar
Sudah dimaklumi, hutan alam memiliki ekosistem yang lebih
baik dibanding dengan hutan tanaman industri.
Hutan alam yang terdiri dari berbagai macam flora dan fauna akan
membentuk ekosistem yang stabil. Berbeda
dengan hutan tanaman industri yang homogen.
Hutan ini akan memiliki ekosistem yang labil lagi rentan. Demikian juga dengan hutan rakyat. Hutan rakyat yang memadukan berbagai jenis
tanaman akan lebih baik dibanding hutan rakyat yang hanya terdiri satu jenis
tanaman saja. Hutan rakyat campuran akan
menyajikan banyak sumberdaya yang dibutuhkan satwaliar. Kawasan hutan yang ditumbuhi bermacam-macam
tanaman akan menyediakan banyak pilihan kepada satwaliar untuk berlindung dari
bahaya, mencari makan, membangun sarang, berkembangbiak, dan berteduh. Kondisi seperti ini sangat disukai oleh
satwaliar.
Pohon-pohon penghasil bunga akan banyak dikunjungi burung
madu dan lebah. Lalu pada saat berbuah,
pohon-pohon tersebut akan banyak dikunjungi satwa pemakan buah, seperti mamalia
dan burung. Dalam sistem ekologi, kedua
kelompok satwa tersebut merupakan makanan bagi satwa yang berada pada level
atasnya. Tidak menutup kemungkinan pada
kondisi ini, semua satwa yang terdiri dari berbagai tropik level akan hadir dan
berkumpul pada hutan rakyat campuran membentuk jaring-jaring makanan – meskipun
tidak selengkap hutan alam.
Tidaklah heran, bila hutan rakyat
campuran telah menjadi habitat yang sangat berharga bagi satwaliar. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk,
banyak kawasan hutan yang mengalami kerusakan.
Kawasan hutan yang masih alami semakin menipis dan terancam musnah. Padahal, hutan alam tersebut merupakan
habitat asli satwaliar. Dengan demikian,
hadirnya hutan rakyat campuran merupakan oasis bagi satwaliar yang terancam
punah.
C.
Mempertahankan Kesuburan Tanah
Hutan rakyat dengan campuran dapat membantu menjaga
kesuburan tanah. Paling tidak, ada tiga
faktor yang mempengaruhi kondisi ini. Pertama,
komposisi jenis tanaman. Pada umumnya,
semua jenis tanaman membutuhkan unsur hara yang sama, seperti nitrogen (N),
pospor (P), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg), dan sulfur (S). Akan tetapi, setiap jenis tanaman membutuhkan
kadar unsur hara tertenu. Dengan kata
lain, penggunaan kadar unsur hara sangat beragam untuk setiap tanaman.
Mengingat ragam dan tingkat pertumbuhan tanaman di hutan
rakyat campuran relatif tinggi dibanding hutan homogen, maka ragam dan kadar hara
yang dibutuhkannya juga tinggi. Namun,
hutan yang heterogen akan membangun mekanisme pemanfaatan yang cukup efektif
dan efisien. Karenanya, kebutuhan hara
tanaman selalu terpenuhi, meskipun tumbuh di tanah-tanah kurang subur. Sebab, kadar unsur hara yang terbatas
jumlahnya digunakan secara selektif dan silih berganti mendekati daur hara
tertutup.
Daur hara tertutup inilah yang dapat menjaga kesuburan
tanah. Dalam kawasan hutan, unsur-unsur
hara akan banyak disimpan di dalam tanaman untuk jangka waktu tertentu. Kemudian, unsur hara tersebut dilepaskan lagi
ke dalam tanah setelah proses penguraian.
Dalam waktu yang singkat, zat yang dibutuhkan tanaman ini diserap
kembali oleh tanaman. Mekanisme seperti
itu terjadi berulang-ulang. Semakin
banyak dan beragam tanaman dalam hutan, semakin banyak dan beragam pula kadar
dan jumlah unsur hara yang simpan dalam tanaman. Dengan demikian, hutan yang memiliki banyak jenis tanaman
(termasuk hutan rakyat campuran) akan terhindar dari proses pencucian unsur hara.
Kedua,
adanya tanaman yang mampu mengikat nitrogen dari udara. Dalam hutan rakyat campuran, banyak jenis
tanaman yang mampu mempertahankan kesuburan tanah. Untuk kayu keras, terdapat jenis sengon. Untuk semak belukar dan tanaman pagar,
terdapat jenis kaliandra dan kemlandingan.
Dan untuk tanaman semusim, penggarap juga sering menanam jenis
kacang-kacangan. Semua jenis tanaman ini
memiliki kemampuan mengikat nitrogen dari udara, sehigga sangat membantu dalam
meningkatkan dan menjaga kesuburan tanah.
Ketiga,
pemupukan. Dengan adanya tanaman
semusim/pertanian pada hutan rakyat, pengelola sering menambahkan pupuk (baik
pupuk organik maupun anorganik) guna meningkatkan produksinya. Melalui kegiatan ini, tanah hutan akan
mendapatkan tambahan unsur hara dari luar, sehingga kesuburannya
meningkat. Akan tetapi, tidak selamanya
pemberian pupuk dapat meningkatan kesuburan tanah. Adakalanya, pemupukan juga dapat mengganggu
kesuburan tanah bahkan menjadi racun bagi tanaman, yakni pada saat penambahan
pupuk buatan secara berlebihan.
D. Menjaga Kestabilan Suhu Tanah dan Organisme
Penghuninya
Secara horisontal, hutan rakyat
campuran akan terlihat memiliki lapisan tajuk yang lebih rapat dibanding hutan
rakyat homogen. Secara vertikal, hutan
rakyat campuran juga akan membentuk lapisan tajuk yang beranekaragam. Lapisan-lapisan tajuk yang terbentuk sangat
mempengaruhi banyaknya sinar matahari yang lolos ke lantai hutan. Semakin rapat tajuk, semakin sedikit sinar matahari yang
lolos ke lantai hutan. Alhasil, lantai
hutan rakyat campuran akan mendapat sinar matahari lebih sedikit dibanding
lantai hutan rakyat homogen. Akibatnya,
hutan rakyat campuran memiliki lantai tanah yang lebih sejuk.
Rapatnya tajuk dan tumbuhan menjadikan panas yang
menerobos tubuh hutan tidak cepat hilang.
Pada saat gelombang matahari yang lolos ke lantai hutan dipantulkan,
tajuk yang rapat akan menahannya dan memantulkan kembali ke lantai hutan. Keadaan ini menyebabkan suhu tanahnya relatif
stabil.
Suhu tanah yang tidak terlalu tinggi tetapi relatif
stabil dan ditambah kelembaban yang tinggi sangat menguntungkan bagi
perkembangan akar tanaman dan aktivits organisme tanah. Pada suhu yang stabil, aktivitas organisme
akan berlangsung stabil pula, dan peruraian bahan organik dan penyerapan hara
oleh akar berlangsung cukup baik dan stabil.
Berbeda dengan hutan homogen. Hutan rakyat homogen mempunyai tajuk lebih
sedikit, sehingga banyak memberikan kesempatan cahaya matahari langsung
mencapai lantai hutan. Keadaan ini
menyebabkan suhu tanah tidak stabil dan tinggi.
Peruraian bahan organik berlangsung pada laju lebih tinggi yang
menjadikan banyak unsur hara dalam bentuk bebas yang sangat rentan terhadap
pencucian.
E. Mengurangi Karbon Dioksida (CO2) dan
Pemanasan Global
Hutan rakyat campuran sangat
membantu dalam mengurangi karbon dioksida di udara. Sebagaimana telah disebutkan di awal, hutan
rakyat campuran memiliki strata tajuk yang beragam. Dengan adanya pencampuran tanaman kayu keras,
buah-buahan, dan tanaman semusim, setiap titik ketinggian kawasan ini akan
memiliki naungan. Karbon dioksida yang
diserap juga akan merata mulai lapisan tajuk yang paling atas hingga lapisan
paling bawah, lantai hutan. Semakin
banyak lapisan tajuk, semakin banyak pula karbon dioksida yang diserap.
Berbeda dengan hutan rakyat homogen. Penyerapan karbon dioksida tidak merata. Hutan rakyat homogen hanya memiliki tajuk
satu lapis. Karbondioksida yang banyak
diserap hanya yang berada dibagian atas saja, sedangkan dibagian bawahnya hanya
sedikit. Ringkasnya, hutan rakyat
campuran lebih banyak membantu mengurangi karbondioksida dibanding hutan rakyat
homogen.
Tidak hanya karbon dioksida yang diserap oleh
tanaman. Tanaman juga mampu menyerap
beberapa poluttan di udara yang dikeluarkan oleh berbagai sumber seperti
kendaraan bermotor dan industri. Oleh
karena itu, hutan rakyat sangat berguna dalam mengurangi pencemaran udara.
Keberadaan karbon dioksida dan pollutan lainnya berkaitan
erat dengan pemanasan global. Dengan
tingginya kemampuan mengikat karbondioksida dari udara, hutan rakyat campuran
memiliki peranan yang cukup besar dalam mengurangi laju pemanasan global. Peranan ini akan bertambah besar lagi
mengingat kawasan berhutan (maksudnya hutan alam dan hutan tanaman) semakin
menipis. Kita tahu bahwa, karbon
dioksida merupakan salah satu gas rumah kaca yang berperan pemanasan
global. Semakin luas pembangunan hutan
rakyat campuran, maka semakin banyak pula karbon dioksida yang diserap,
sehingga semakin besar pula peranannya dalam mengurangi laju pemanasan global.
Selain itu, hutan rakyat juga sangat membantu dalam
kaitannya dengan pernapafasan mahluk hidup.
Pada saat potosintesis, selain karbohidrat, tanaman juga
akan menghasilkan oksigen. Zat
inilah yang sangat dibutuhkan mahluk hidup untuk proses pernafasan dan
pembakaran.
F. Penahan Erosi
Hutan rakyat campuran sangat penting
dalam mencegah laju erosi. Setidaknya
ada tiga faktor, mengapa hutan rakyat campuran sangat membantu dalam mencegah
erosi. Pertama, kerapatan dan lapisan tajuk. Kondisi tajuk memiliki pengaruh terhadap
besarnya energi potensial dan kesempatan air hujan meresap kedalam tanah. Tajuk yang rapat dan berlapis dapat
mengurangi energi potensial dan energi kinetik air hujan. Air hujan yang tertahan oleh tajuk pepohonan
masih memiliki energi potensial, meskipun energinya sudah berkurang. Dengan adanya lapisan tajuk yang berada
bawahnya, air hujan tersebut akan ditahan kembali dan energinya menjadi
berkurang. Kejadian tersebut akan terus
berulang hingga lapisan tajuk paling bawah. Pada saat air hujan menyentuh
lantai hutan, maka kemampuannya memecahkan lapisan tanah sudah mengecil bahkan
tidak ada. Jadi, semakin rapat dan
banyak lapisan tajuk suatu tanaman, maka semakin besar kemampuannya mengurangi
energi potensial air hujan.
Selain itu, tajuk yang rapat juga memberikan kesempatan
lebih lama kepada air hujan untuk menyerap ke dalam tanah. Akhirnya, air yang
masuk ke dalam tanah lebih besar dibanding air yang mengalir melalui permukaan
tanah. Dengan demikian, erosi dan banjir
dapat dihindari.
Kedua,
perakaran tanaman. Tanaman yang berjejal dalam kawasan hutan akan diikuti pula
oleh berjejalnya perakaran dalam tanah.
Akar sangat berguna dalam mengikat dan menahan lapisan tanah terutama
pada lahan yang miring. Pada saat hujan
turun, lapisan tanah yang terikat diikat oleh akar tidak mudah pecah dan
terangkut arus air.
Ketiga,
pengolahan tanah. Pengolahan tanah yang
baik sangat membantu dalam mengurangi laju erosi. Pengolahan tanah sering dilakukan dalam hutan
rakyat campuran (yang menerapkan model agroforestry). Dalam pengolahan tanah di lahan yang miring,
penggarap sering membuat teras dan sengkedan.
Pembuatan teras dan sengkedan ini dapat mencegah
terjadinya erosi di kawasan hutan rakyat.
III. Kesimpulan
Uraian di atas hanyalah gambaran kecil saja mengenai
manfaat konservasi dari hutan rakyat, khususnya hutan rakyat campuran. Sebab, masih banyak manfaat konservasi
lainnya dari hutan rakyat. Meskipun
demikian, melalui uraian di atas setidaknya telah diperoleh gambaran bagaimana
manfaat hutan rakyat bagi konservasi.
Pembangunan hutan rakyat (terutama sistem campuran) telah
memberikan banyak manfaat bagi lingkungan.
Pembangunan hutan rakyat telah menyediakan habitat baru bagi satwaliar,
mampu menjaga kesuburan tanah, mengurangi kadar karbon dioksida dan laju
pemanasan global, dan mampu menahan erosi. Ringkasnya, pembangunan hutan rakyat
campuran sangat berjasa dalam menjaga kestabilan lingkungan hidup.