Oleh:
Anas
Badrunasar
(Balai Penelitian Teknologi Agroforestry, Ciamis)
RINGKASAN
Salah
satu upaya untuk menurunkan dampak dari pemanasan global adalah dengan
mitigasi, yaitu upaya menstabilkan
konsentrasi CO2
di atmosfer dengan melakukan
penanaman jenis tanaman berkayu pada areal-areal hutan dan lahan terdegradasi.
Tanaman berkayu dapat menyimpan karbon
dalam organ-organnya (daun,
cabang, batang, dan akar), dengan upaya tersebut diharapkan
tanaman berkayu dapat mengurangi pelepasan karbon ke atmofir
secara berlebihan. Tujuan penelitian adalah untuk
mengetahui potensi biomassa dan karbon yang tersimpan pada pohon penyusun
arboretum BPTA, serta potensinya dalam menyerap gas CO dari atmosfer. Areal arboretum BPTA dirintis sejak tahun
2003 dengan luas areal 1,5 ha dan koleksi tanaman sebanyak 135 jenis dengan
jumlah individu pohon sebanyak 1.295 batang dari berbagai kelas diameter dan
umur telah dikuantifikasi secara sensus dan metode yang digunakan untuk pendugaan cadangan karbonnya
menggunakan persamaan alometric (Kettering,2001).
Secara keseluruhan cadangan karbon yang terserap sebanyak 78,4 ton /ha atau
setara dengan 287,7 ton CO2/ha. Pada areal seluas 1,5 ha total
cadangan karbonya adalah 117,6 ton C atau setara dengan 431,5 ton CO2.
Kontribusi penyimpanan cadangan CO2 setiap jenis
pohon pada setiap kelas diameter berlainan, kontribusi cadangan CO2
terkecil terdapat pada kelas diameter 5-10 cm., yaitu sebesar 2,32% dan
terbesar pada kelas diameter >30 cm., yaitu sebesar 62,05%.
Kata Kunci : Arboretum
BPTA, CO2, gas rumah kaca, mitigasi,
kuantifikasi CO2eq
I. PENDAHULUAN
Arboretum adalah koleksi berbagai pohon atau beberapa spesies
terpilih yang dibangun/ditanam dan dikembang-biakkan untuk tujuan penelitian
atau pendidikan (Balai Kliring Keanekaragaman
Hayati Indonesia, 2011).
Arboretum dapat dikategorikan sebagai salah satu bentuk dari Ruang Terbuka Hijau (RTH), berdasarkan Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum No. 05/PRT/M/2008 tanggal 28 Mei 2008 tentang Pedoman
Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan, pada Pasal
1 ayat 1 menyebutkan bahwa Ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalur
dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh
tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja di tanam.
Berdasarkan
terminologi tersebut di atas, maka arboretum Balai Penelitian Teknologi
Agroforestry (BPTA), dirancang membentuk suatu ekosistem buatan menyerupai
hutan rakyat yang sekaligus dapat dikategorikan sebagai RTH privat. Letak
Arboretum BPTA dari pusat kota Ciamis
sejauh 4 km, dan posisinya di jalur utama
jalan propinsi (jalur selatan)
yang menghubungkan Jawa Barat ke Jawa Tengah, sehingga keberadaan arboretum ini berkontribusi positif terhadap lingkungan. Berdasarkan
hasil inventarisasi secara sensus terdapat 1793 individu yang terdiri dari 135
jenis vegetasi bentuk pohon dengan 41 marga,
sementara pada tahun 2008 hanya terdapat 84 jenis dari total individu
sebanyak 592 batang. Dewasa ini arboretum menempati areal seluas kurang lebih
1,5 ha terbagi dalam 10 blok, dimana setiap blok ditanam jenis-jenis tertentu (Badrunasar dan
Nurahmah, 2012).
Arboretum BPTA Ciamis
mulai dirintis pada tahun 2003 bertepatan dengan serah terima dari Balai Pengelolaan DAS
Citanduy-Cisanggarung (UPT Ditjen RLPS) kepada Badan Litbang Kehutanan untuk
dijadikan salah satu UPT Litbang dengan nama Loka Litbang Hutan Monsoon.
Penataan arboretum mulai intensif semenjak kantor ditingkatkan statusnya dari
eselon IV menjadi eselon III, yaitu menjadi Balai Penelitian Kehutanan Ciamis
(BPKC)
pada tahun 2006, sesuai dengan Permenhut No.P.31/Menhut-II/2006. Pada tahun
2011 kantor BPKC
berubah lagi namanya menjadi Balai Penelitian Teknologi Agroforestry (BPTA)
sesuai dengan Permenhut No.P28/Menhut-II/2011 tanggal 20 April 2011.
Secara ekologis,
vegetasi yang ada
pada RTH arboretum BPTA juga berfungsi
sebagai pengendali iklim. Tanaman seluas 1 ha dapat menyerap
karbondioksida sebanyak 900
kg/hari, menyaring debu
sampai 85%, memproduksi
oksigen sebanyak 600kg/hari serta
dapat menurunkan suhu sampai 4oC
(Joachim et al. dalam Frick dan
Suskiyatno, 1998). Peran vegetasi sebagai penyerap karbondioksida menjadi
bagian penting saat ini dalam
rangka mengatasi pemanasan global yang disebabkan meningkatnya
kadar gas rumah
kaca terutama karbondioksida di atmosfer. Untuk
itu diperlukan kegiatan yang dapat mengkuantifikasi pertumbuhan tegakan dan
simpanan karbon dalam hutan maupun lahan
yang terdegradasi, dimana hasilnya dapat menjadi pertimbangan dalam kebijakan
managemen pengelolaan hutan. Salah satu cara adalah dengan
melakukan pengukuran karbon
yang tersimpan pada
tanaman untuk mengetahui
kemampuan tanaman dalam menyerap CO dan
menyimpannya ke dalam organ-organ pohon
(daun, cabang, batang, dan akar).
Berdasarkan uraian
diatas, maka penelitian ini diarahkan
pada jenis-jenis pohon penyusun
arboretum BPTA yang sampai saat ini
belum diteliti dan dikelola secara khusus untuk kepentingan jasa lingkungan.
Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui kandungan dan
potensi biomassa dan karbon yang tersimpan pada berbagai jenis
pohon penyusun arboretum BPTA, serta potensinya dalam menyerap gas CO dari atmosfer menggunakan persamaan allometrik Kettering, et al (2001)
II.
METODOLOGI
PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini
dilakukan di arboretum BPTA Jalan Raya Ciamis-Banjar km 4 Kabupaten Ciamis Propinsi Jawa
Barat. Waktu pelaksanaan penelitian ini adalah bulan Mei 2013. Arboretum BPTA
secara administratif pemerintahan berada di Desa Pamayalan, Kecamatan Cijeungjing,
Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Secara geografis terletak di antara 108˚23’ BT
dan 7˚19’ LS. Ketinggian tempat 110 m dpl dengan curah hujan rata-rata 1.647
mm/tahun dengan suhu rata-rata harian 35oC, topografi datar-sampai
bergelombang, jenis tanah Tipic Hapludults Ultisol (USDA) dengan bahan induk
tuf dan breksi (tua) (Mile
dan Siarudin, 2007).
B. Metode Pengumpulan
Data
Alat yang digunakan
adalah peta lokasi, tally sheet, alat hitung, alat tulis,
dan software pengolah data. Bahan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah tegakan pohon koleksi
arboretum BPTA.
Data-data yang
dikumpulkan merupakan data sekunder yang diperoleh dari hasil kegiatan
sebelumnya berupa data pertelaan jenis pohon yang ditanam di areal arboretum
(Badrunasar dan Nurahmah, 2012). Data berat jenis pohon diperoleh dari buku
Seng (1990) dan Zanne et al (2009).
Data biomassa pohon diperoleh dari parameter
yang diukur secara sensus, yaitu jenis dan diameter setinggi dada (1,3 m dari
permukaan tanah) pada pohon. Biomassa yang dihitung hanya biomassa di atas
permukaan tanah berupa tegakan bentuk pohon arboretum BPTA mulai dari diameter
5 cm ke atas, (Hairiah,
dkk.,
2011). Untuk mengetahui biomassa pada berbagai tingkat pertumbuhan pada
berbagai jenis pohon, maka data dikelompokkan dalam enam kelas diameter, yaitu
kelas : 5-10 cm; 10,1-15 cm; 15,1-20 cm; 20,1-25 cm; 25,1-30 cm dan > 30 cm.
C. Rancangan Penelitian
Metode yang digunakan
untuk mengetahui serap karbon dalam tanaman adalah dengan pendekatan IPPC Guide Lines (2006), untuk penentuan kelasifikasi serap karbon untuk setiap jenis tanaman menggunakan
Dahlan (2008) dan pendudaan stok karbon menggunakan persamaan alometrik
Kettering, et al (2001)
D. Metode
Pengolahan Data
1. Perhitungan Biomassa
Pohon
Biomassa dalam
penelitian ini diperoleh dengan menggunakan rumus alometrik yang dikemukan oleh
Ketterings et al. (2001), sebagai
berikut :
BK = 0.11 ρ
D2,062
Dimana :
BK = biomassa pohon (dalam kg/ton)
ρ = berat jenis pohon
D = diameter setinggi dada (1,30 cm dari
permukaan tanah)
2. Perhitungan Karbon
dan CO2 Tegakan
Perhitungan
karbon merupakan konversi dari perhitungan biomassa yang diperoleh dengan mengalikannya dengan
faktor koreksi (0,5) (IPCC 2006). Stok karbon dalam hutan dapat diduga dengan
menggunakan rumus:
C
= W x 0,5
Dimana :
C = Jumlah stok
karbon (tonC/ha) dan W = Biomassa (ton/ha).
Selain itu hasil
perhitungan C dikonversi ke dalam bentuk CO2 dengan mengalikan hasil perhitungan C
tersebut dengan faktor konversi sebesar 3,67 (von Mirbach, 2000), sebagai berikut:
CO2
= C x 3,67
Dimana :
C = Jumlah stok
karbon (tonC/ha) dan CO2 = jumlah CO2 terserap (ton
CO2 /ha).
III.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Berdasarkan perhitungan CO2 yang terserap dalam berbagai jenis
pohon dan kelas diameter diperoleh data seperti tersaji pada Tabel 1 dan
informasi 10 Jenis pohon berbagai kelas diameter tertinggi dalam jumlah
individu, biomassa, stok C dan kontribusi penyimpanan C di arboretum BPTA divisualisasikan
dalam bentuk grafik yang disajikan dalam Gambar 1.
Tabel 1. Cadangan karbon dan klasifikasi daya
serap C tanaman di Arboretum BPTA
No
|
Kelas
Diameter
(cm)
|
Jumlah
Individu (bt.)
|
Jumlah Jenis
|
Total C (kg)
|
Rata C/ pohon (kg)
|
Klasifikasi
Daya Serap*)
|
1
|
5-10
|
475
|
88
|
2.723
|
5,7
|
SR-S
|
2
|
10,1-15
|
300
|
72
|
6.411
|
21,4
|
R-T
|
3
|
15,1-20
|
175
|
42
|
9.081
|
51,9
|
S-T
|
4
|
20,1-25
|
110
|
33
|
10.039
|
91,3
|
S-ST
|
5
|
25,1-30
|
95
|
28
|
16.370
|
172,3
|
T-ET
|
6
|
>30
|
140
|
32
|
72.947
|
2.279,6
|
ST-ET
|
Total
|
1.295
|
135
|
117.571
|
|
|
Keterangan : *)
SR
= Sangat Rendah (<9,99 kg.); R = Rendah (10-49,9 kg); S = Sedang (50-149,9
kg); T= Tinggi (150-499,9 kg); ST =
Sangat Tinggi (500-1.000 kg); ET = Ekstra Tinggi (.1.000 kg) (Sumber : Dahlan,
2008)
![]() |
![]() |
Kelas diameter 5-10 cm Kelas Diameter 10,1-15cm
![]() |
![]() |
Kelas diameter 15,1-20 cm Kelas diameter 20,1-25cm
![]() |
![]() |
Kelas Diameter 25,1-30
cm Kelas
diameter >30 cm
Gambar
1.
10 Jenis pohon tertinggi dalam jumlah individu, biomassa, stok C dan kontribusi
penyimpanan C di arboretum BPTA pada
masing-masing kelas diameter
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil
inventarisasi secara sensus terdapat 1793 individu yang terdiri dari 135 jenis
pohon dengan 41 marga yang menyusun arboretum BPTA. Dari data tersebut kemudian
dipilah lagi, yaitu pohon
dengan diameter
>5 cm yang kemudian dihitung
biomassanya. Dari hasil pemilahan data terdapat 1.295 individu pohon, kemudian
diklasifikasi menjadi 6 kelas diameter. Hasil pengukuran menunjukkan cadangan karbon di arboretum BPTA adalah
78,4 ton /ha, atau setara dengan 287,7 ton CO2/ha. Pada areal seluas
1,5 ha total cadangan karbonya adalah 117,6 ton C atau setara dengan 431,5 ton
CO2. Penelitian sejenis yang dilakukan di
Taman Kota 1 Bumi Serpong Damai Tangerang menyebut angka 115,1 ton C/ha (287,8 ton C/2,5 ha), Nugraha (2011); dan kawasan Hutan Kota
Kabupaten Ketapang sebanyak 68,3 ton C/ha (6.216,26 ton C/91 ha), Adhitya, et al.,
(2014). Nilai biomassa, estimasi cadangan karbon dan daya
serap CO2 /jenis pohon pada masing-masing kelas diameter adalah sebagai berikut :
1. Kelas diameter 5-10
cm
a. Biomassa tegakan
Berdasarkan hasil
inventarisasi untuk kelas diameter 5-10 cm terdapat 475 individu dengan 88
jenis pohon dan berdasarkan hasil perhitungan ke 475 individu pohon tersebut
mempunyai biomassa seberat 5.446,135 kg atau 5,4 ton. Jenis pohon Gmelina arborea adalah paling dominan
dengan jumlah individu pohon sebanyak 75
batang dan 0,8
ton biomassa (Grafik 1).
Berdasarkan
hasil perhitungan terhadap 475 individu pohon untuk kandungan karbonnya (C)
diperoleh data sebanyak 2723,067 kg atau 2,7 ton sedangkan CO2eq
(equivalen) seberat 9.993 kg atau 10
ton. Jenis pohon Gmelina arborea
adalah paling dominan dengan jumlah individu pohon sebanyak 75 batang dan mampu menyimpan CO2eq
sebanyak 1,4 ton sekaligus berkontribusi sebesar 29,63%
terhadap penyimpanan CO2eq untuk seluruh jenis pada kelas
diameter 5-10 cm (Gambar 1).
c. Daya Serap CO2
Berdasarkan hasil
inventarisasi untuk kelas diameter 5-10 cm terdapat 475 individu dengan 88
jenis pohon dan berdasarkan hasil perhitungan ke 475 individu pohon tersebut
mempunyai rerata daya serap CO2 mulai dari sangat
rendah sampai sedang (Tabel 1). Hal ini dimungkinkan karena batang pohon untuk
setiap jenis belum secara maksimal menyimpan biomassa dan mayoritas umur
tanaman antara 2-3 tahun.
2. Kelas diameter 5-10
cm
a. Biomassa tegakan
Berdasarkan hasil
inventarisasi ternyata terjadi penurunan jumlah individu maupun jenis
dibandingkan dengan kelas diameter 5-10 cm. Untuk kelas diameter 10,1-15 cm
terdapat 300 individu dengan 72 jenis pohon dan berdasarkan hasil perhitungan
ke 300 individu pohon tersebut mempunyai biomassa seberat 12.822,61 kg atau
12,8 ton (73,80 % lebih tinggi dari kelas diameter 5-10 cm). Hal ini
dimungkinkan karena perbedaan diameter dan berat jenis akan mempengaruhi biomassa. Berdasarkan Tabel
1 dan Gambar 1 terlihat bahwa Gmelina arborea masih sebagai jenis yang dominan baik dalam jumlah
individu maupun jumlah biomassa tertinggi, yaitu 50 individu pohon dan 1,76 ton
biomassa.
b. Carbon dan CO2
tegakan
Berdasarkan hasil
perhitungan terhadap 300 individu pohon untuk kandungan karbonnya (C) diperoleh
data sebanyak 6.411,306 kg atau 6,4 ton sedangkan CO2eq seberat 23.529,49 kg atau 23,5 ton
(135,43 % lebih tinggi dari kelas diameter 5-10 cm). Berdasarkan Tabel 1 dan Gambar 1 Gmelina
arborea mampu menyimpan CO2eq sebanyak 3,2 ton dalam 50 batang
pohonnya. Nilai tersebut menyumbang sekitar 13,75% dari total CO2eq yang tersimpan dalam seluruh pohon
kelas diameter 10,1-15 cm.
c. Daya Serap CO2
Berdasarkan hasil
inventarisasi untuk kelas diameter 10,1-15 terdapat 300 individu dengan 72
jenis pohon dan berdasarkan hasil perhitungan ke 300 individu pohon tersebut
mempunyai rerata daya serap CO2 mulai dari rendah
sampai tinggi. Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa, beberapa jenis tanaman yang
sama pada kelas diameter 5-10 cm klasifikasi daya serapnya rendah, tetapi
ketika pada kelas diameter 10,1-15 cm jenis-jenis tersebut klasifikasi daya
serapnya meningkat menjadi sedang. Jenis-jenis tersebut seperti afrika (Maesopsis eminii), asam jawa (Tamarindus indicus), asam keranji (Pithecelobium dulce). Hal ini
dimungkinkan karena batang pohon untuk setiap jenis secara bertahap dapat
menyimpan biomassa lebih banyak dan berimbas terhadap daya serap CO2.
3. Kelas diameter 15,1 -
20 cm
a. Biomassa tegakan
Berdasarkan hasil
inventarisasi ternyata terjadi penurunan jumlah individu maupun jenis
dibandingkan dengan kelas diameter 10,1-15 cm. Untuk kelas diameter 15,1-20 cm
terdapat 175 individu dengan 42 jenis pohon dan berdasarkan hasil perhitungan
ke 175 individu pohon tersebut mempunyai biomassa seberat 18.162,07 kg atau 18,2 ton (41,65 % lebih tinggi dari kelas
diameter 10,1-15 cm). Hal ini dimungkinkan karena perbedaan diameter dan berat
jenis akan mempengaruhi biomassa.
Berdasarkan Tabel 1
dan Gambar 1
terlihat bahwa Gmelina arborea masih
sebagai jenis yang dominan baik dalam jumlah individu maupun jumlah biomassa
tertinggi, yaitu 43 individu pohon dan 3,6
ton biomassa.
b. Carbon dan CO2
tegakan
Berdasarkan hasil
perhitungan terhadap 175 individu pohon untuk kandungan karbonnya (C) diperoleh
data sebanyak 9.081 kg atau 9,1
ton sedangkan CO2eq seberat 33.327,4 kg atau 33,3 ton (41,65 %
lebih tinggi dari kelas diameter 10,1-15 cm). Berdasarkan Tabel 1 dan Gambar 1 Gmelina
arborea mampu menyimpan CO2eq sebanyak 6,5 ton dalam 43 batang
pohonnya. Nilai tersebut menyumbang sekitar 19,78% dari total CO2
eq
yang tersimpan dalam seluruh pohon kelas diameter 15,1-20 cm.
c. Daya Serap CO2
Berdasarkan hasil
inventarisasi ternyata terjadi penurunan jumlah individu maupun jenis
dibandingkan dengan kelas diameter 10,1-15 cm. Untuk kelas diameter 15,1-20 cm
terdapat 175 individu dengan 42 jenis pohon dan berdasarkan hasil perhitungan
ke 175 individu pohon tersebut mempunyai rerata daya serap CO2
mulai dari sedang sampai tinggi. Berdasarkan Tabel 1, terlihat bahwa, beberapa
jenis tanaman yang sama pada kelas diameter 5-10 cm klasifikasi daya serapnya
rendah, tetapi ketika pada kelas diameter 10,1-15 cm jenis-jenis tersebut
klasifikasi daya serapnya meningkat menjadi sedang dan pada kelas diameter
15,1-20 cm jenis-jenis tersebut klasifikasi daya serapnya meningkat lagi
menjadi tinggi. Jenis-jenis tersebut seperti afrika (Maesopsis eminii), asam jawa (Tamarindus
indicus), asam keranji (Pithecelobium
dulce).
4. Kelas diameter
20,1-25 cm
a. Biomassa tegakan
Berdasarkan hasil
inventarisasi ternyata terjadi penurunan jumlah individu maupun jenis
dibandingkan dengan kelas diameter 15,1-20 cm. Untuk kelas diameter 20,1-25 cm
terdapat 110 individu dengan 33 jenis pohon dan berdasarkan hasil perhitungan
ke 110 individu pohon tersebut mempunyai biomassa seberat 20.077,73 kg atau 20,1 ton (10,57 % lebih tinggi dari kelas
diameter 15,1-20 cm). Hal ini dimungkinkan karena perbedaan diameter dan berat
jenis akan mempengaruhi biomassa.
Berdasarkan Tabel 1
dan Gambar 1
terlihat bahwa Gmelina arborea masih
sebagai jenis yang dominan baik dalam jumlah individu maupun jumlah biomassa
tertinggi, yaitu 28 individu pohon dan 4,2 ton biomassa.
b. Carbon dan CO2
tegakan
Berdasarkan hasil
perhitungan terhadap 110 individu pohon untuk kandungan karbonnya (C) diperoleh
data sebanyak 10.038,86 kg atau 10,0 ton sedangkan CO2 eq
seberat 36.842,63 kg atau 36,8 ton (10,53 % lebih tinggi dari kelas
diameter 15,1-20 cm). Berdasarkan Tabel 1
dan Gambar 1
Gmelina arborea mampu
menyimpan CO2
eq
sebanyak 7,78 ton dalam 43 batang pohonnya. Nilai tersebut menyumbang sekitar
21,12% dari total CO2
eq
yang
tersimpan dalam seluruh pohon kelas diameter 20,1-25 cm.
c. Daya Serap CO2
Berdasarkan hasil
inventarisasi ternyata terjadi penurunan jumlah individu maupun jenis dibandingkan
dengan kelas diameter 15,1-20 cm. Untuk kelas diameter 20,1-25 cm terdapat 110
individu dengan 33 jenis pohon dan berdasarkan hasil perhitungan ke 110
individu pohon tersebut mempunyai rerata daya serap CO2
kebanyakan tinggi dan beberapa jenis pohon sangat tinggi dan ada juga pohon
mulai dari kelas diameter 15,1-20 sampai dengan kelas diameter 20,1-25 cm daya
serap CO2
pada kelas sedang, yaitu randu (Ceiba
petandra) rata-rata 118,60 kg/pohon, sedangkan jenis-jenis pohon lainnya dengan klasifikasi daya serap
sangat tinggi. Berdasarkan Tabel 1
terlihat bahwa, jenis-jenis pohon dengan klasifikasi daya serap sangat tinggi,
adalah sebagai berikut : Heras (Vitex
pubescen) rata-rata 649,73 kg/pohon, Johar (Cassia siamea) rata-rata 525,84 kg/pohon, mahoni daun kecil (Swietenia mahagony) rata-rata 507, 70
kg/pohon, mangga (Mangifera spp.)
rata-rata 501,88 kg/pohon dan tanjung (Mimusops
elengi) rata-rata 850,69 kg/pohon. Hal ini dimungkinkan karena batang pohon
untuk setiap jenis secara bertahap dapat menyimpan biomassa yang berimbas
terhadap daya serap
CO2.
5. Kelas diameter
25,1-30 cm
a. Biomassa tegakan
Berdasarkan hasil
inventarisasi ternyata terjadi penurunan jumlah individu maupun jenis
dibandingkan dengan kelas diameter 20,1-25 cm. Untuk kelas diameter 25,1-30 cm
terdapat 95 individu dengan 28 jenis pohon dan berdasarkan hasil perhitungan ke
95 individu pohon tersebut mempunyai biomassa seberat 32.739,37 kg atau 32,7
ton (63,05 % lebih tinggi dari kelas diameter 20,1-25 cm). Berdasarkan Tabel 1 dan Gambar 1 terlihat bahwa Swietenia macrophylla mempunyai biomassa tertinggi, yaitu 4,93 ton
dari 12 individu pohon sedangkan Gmelina
arborea dengan jumlah individu
sebanyak 18 pohon tetapi berat biomassanya dibawah Swietenia macrophylla yaitu seberat 4,8 ton, hal ini disebabkan oleh
perbedaan diameter dan berat jenis (Bj.) sehingga mempengaruhi terhadap berat biomassanya.
b. Carbon dan CO2
tegakan
Berdasarkan hasil
perhitungan terhadap 95 individu pohon untuk kandungan karbonnya (C) diperoleh
data sebanyak 16.369,68 kg atau 16,37 ton sedangkan CO2 eq
seberat 60.076,74 kg atau 60,1
ton (63,08 % lebih tinggi dari kelas diameter 20,1-25 cm). Berdasarkan Tabel 1
dan Gambar 1
Swietenia macrophylla
mampu
menyimpan CO2
eq
sebanyak 9,0 ton dalam 12 batang pohonnya. Nilai tersebut menyumbang sekitar 15,03% dari total CO2
yang tersimpan dalam seluruh pohon kelas diameter 25,1-30 cm., sedangkan Gmelina arborea dengan jumlah individu sebanyak 18 pohon tetapi stok
CO2
eq
dibawah Swietenia macrophylla yaitu
seberat 8,8
ton, hal ini disebabkan oleh perbedaan diameter dan berat jenis sehingga
mempengaruhi terhadap stok CO2 eq nya.
c.
Daya
Serap CO2
Berdasarkan hasil
inventarisasi ternyata terjadi penurunan jumlah individu maupun jenis
dibandingkan dengan kelas diameter 20,1-25 cm. Untuk kelas diameter 25,1-30 cm
terdapat 95 individu dengan 28 jenis pohon dan berdasarkan hasil perhitungan ke
95 individu pohon tersebut mempunyai rerata daya serap CO2
kebanyakan sangat tinggi (21
jenis), 5 jenis berklasifikasi tinggi dan sisanya 2 jenis berklasifikasi ekstra
tinggi (Tabel1).
6. Kelas diameter >
30 cm
a. Biomassa
tegakan
Berdasarkan hasil
inventarisasi ternyata untuk kelas diameter > 30 cm terdapat 140 individu
dari 32 jenis, dengan demikian terjadi peningkatan jumlah individu maupun jenis
dibandingkan dengan kelas diameter 25,1-30 cm. Berdasarkan hasil perhitungan ke
140 individu pohon tersebut mempunyai biomassa seberat 145.894,54 kg atau 145,9 ton (345,60 % lebih tinggi dari kelas
diameter 25,1-30 cm). Berdasarkan Tabel 1
dan Gambar 1
terlihat bahwa Swietenia macrophylla mempunyai
biomassa tertinggi, yaitu 31,46 ton dari 24 individu pohon.
b. Carbon dan CO2
tegakan
Berdasarkan
hasil perhitungan terhadap 140 individu pohon untuk kandungan karbonnya (C)
diperoleh data sebanyak 72.947,27 kg atau 72,9 ton sedangkan CO2eq seberat 267.716,5 kg atau 267,7 ton (345,61 %
lebih tinggi dari kelas diameter 25,1-30 cm). Berdasarkan Tabel 1 dan Gambar 1,
Swietenia macrophylla mampu menyimpan
CO2 eq sebanyak 57,7 ton dalam 24 batang pohonnya. Nilai tersebut
menyumbang sekitar 21,56% dari total CO2 eq yang tersimpan dalam
seluruh pohon kelas diameter >30 cm.
c. Daya Serap CO2
Berdasarkan Tabel 1
ternyata untuk kelas diameter > 30 cm terdapat 140 individu dari 32 jenis,
dengan demikian terjadi peningkatan jumlah individu maupun jenis dibandingkan
dengan kelas diameter 25,1-30 cm. Dari 32 jenis individu pohon tersebut 27
jenis mempunyai rerata daya serap CO2 berklasifikasi ektra
tinggi dan 5 jenis berklasifikasi sangat tinggi (Tabel 1).
IV. KESIMPULAN
Secara keseluruhan
cadangan karbon
yang terserap
dalam batang pohon koleksi arboretum BPTA adalah sebanyak 78,4 ton /ha atau setara dengan 287,7 ton CO2/ha.
Pada areal seluas 1,5 ha total cadangan karbonya adalah
117,6 ton C atau setara dengan 431,5 ton CO2 dari
total individu sebanyak 1.295 batang dan 135 jenis pohon. Kontribusi
penyimpanan cadangan CO2
setiap jenis pohon pada setiap kelas diameter berlainan, kontribusi cadangan CO2
terkecil terdapat pada kelas diameter 5-10 cm., yaitu sebesar 2,32% dan
terbesar pada kelas diameter >30 cm., yaitu sebesar 62,05%.
DAFTAR PUSTAKA
Adhitya PW.; G.Hardiansyah dan
A. Yani. 2014. Estimasi Kandungan Karbon Atas Permukaan Tanah pada Pohon Di
Kawasan Hutan Kota Kabupaten Ketapang. Jurnal Hutan Lestari Vol.2 No.1.
Universitas Tanjungpura.
Balai Kliring Keanekaragaman
Hayati Indonesia. 2011. Daftar Istilah.
Badrunasar A., dan Y. Nurahmah.
2012. Pertelaan Koleksi Pohon Arboretum Balai Penelitian Teknologi
Agroforestry. Penerbit Balai Penelitian Teknologi Agroforestry, Tahun
2012. ISBN : 978-602-17616-8.
Dahlan EN., 2008. Jumlah Emisi
C02 dan Pemilihan Jenis Tanaman Berdaya Serap Sangat Tinggi : Studi Kasus Kota
Bogor. Media Konservasi Vol13 :85-89.
Frick H, dan Suskiyatno. 1998. Dasar-dasar Eko-Arsitektur, Konsep
Arsitektur Berwawasan Lingkungan Serta Kualitas Konstruksi dan Bahan Bangunan
untuk Rumah Sehat dan Dampaknya Atas Kesehatan Manusia. Yogyakarta: Kanisius
dan Soegijapranata University Press.
Hairiah K., A.Ekadinata, Sari
RK., dan Rahayu S. 2011. Pengukuran Cadangan Karbon. Dari tingkat lahan ke
bentang lahan. Edisi ke 2. Bogor, World Agroforestry Centre, ICRAF SEA Regional
Office, University of Brawijaya (UB), Malang.
Intergovernmental Panel
on Climate Change,
2006. IPCC Guidelines
for National Greenhouse Gas
Inventories.
Ketterings QM.,R.Coe,
Mv.Noordwijk, Y.ambagau and CA.Palm., 2001. Reducing Uncertainty in the Useof
Allometric Biomass Equations for Predicting Above-Ground Tree Biomass in Mixed
Secondary Forests.Forest Ecology and Management 120: 199-209.
Mile, M.Y. dan M. Siarudin.
2007. Potensi Biomas dan C-Stock Hutan Rakyat Sengon pada Beberapa tipe Tapak
dan Implikasinya dalam Pemanfaatan Jasa Lingkungan Perdagangan Karbon.
Prosiding. Pekan Hutan Rakyat II Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan
Tanaman.
Nugraha Y. 2011. Potensi Karbon Tersimpan di Taman Kota 1 Bumi Serpong
Damai (BSD) Serpong, Tangerang Selatan Banten. SKRIPSI : Program Studi Biologi.
Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Islam Negeri Syarif Didayatullah.
Jakarta.
Peraturan Menteri Kehutanan
No.P.10/Menhut-II/2007. Tentang : Perbenihan Tanaman Kehutanan.
Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum No.5/PRT/M/2008. Tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka
Hijau.
Seng O.D. 1990. Berat Jenis
dari Jenis-jenis Kayu Indonesia dan Pengertian Beratnya Kayu untuk Keperluan
Praktek. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan, Bogor.
Von Mirbach M. 2000. Carbon
Budget Accounting at the Forest Management unit Level : an Overview of Issues
and Methods. Ottawa. Canada’s Model Forest Program. Natural Resources Canada.
Zanne,
A.E., G,G.Lopez, D.A.Coomes, J. Ilic, S.
Jansen, S.L. Lewis, R.B.Miller, N.G.Swenson, M.C.Wiemann, and J. Chave, 2009.
Global wood density database. Dryad. Identifier:
http://hdl.handle.net/10255/dryad.235.